Serat Pisang Disulap Jadi Gaun

Indonesian Contemporary Art & Design 2013 (6)

Serat Pisang Disulap Jadi Gaun

- detikHot
Rabu, 04 Sep 2013 15:28 WIB
Dok. ICAD
Jakarta - Empat wanita memakai gaun kemben batik tengah asyik duduk di pinggir kolam renang Grand Kemang Hotel, Jakarta, Jum'at (30/8) malam. Sesekali menyeruput minuman ringan sambil berbincang satu sama lain.

Tak lama, seorang pria datang mengenakan kostum adat Jawa lengkap dengan blangkon. Wajahnya dipoles dengan riasan tebal bak tokoh pewayangan. Dia berjalan ke arah empat wanita tadi, lalu merapikan kain di bagian belakang satu per satu. "Wis kenceng yo (sudah kuat ya (ikatan kain))," katanya.

Pria ini lalu menghampiri beberapa rekan media dengan ramah. Dia adalah Suroso. Lebih dikenal dengan Rosso, desainer asal Yogyakarta yang punya khas rancangan busana batik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Membawa inovasi baru berupa kain batik dari serat pisang, Rosso didaulat berkolaborasi dengan penari Jepang, Ai Hasuda, dalam malam pembukaan Indonesian Contemporary Art & Design 2013. "Saya baru pertama kali ini ikut serta di ICAD," ujarnya.

Desainer pecinta pewarnaan alami ini bercerita tentang karya gaun batik serat pisang tersebut. Menurutnya, pohon pisang adalah pohon multiguna yang sangat ekonomis dan mudah diperoleh.

Proses pengerjaan dari serat menjadi busana juga terbilang mudah. Tidak seperti bahan alam lain yang membutuhkan waktu panjang, serat pisang dapat diolah hanya sekitar tiga hari saja.

"Pohon pisang ini mudah sekali, murah dan mudah ditemukan, tidak perlu banyak pengetahuan untuk mengolah. Sekitar 3 hari untuk mengalum (lemes)," kata Rosso.

Dia menjelaskan, serat diperoleh dari batang atau pelepah pisang. Kemudian dipisahkan antara filamen dan air. Baru setelah itu dilakukan proses penenunan. Satu kilogram benang bisa menghasilkan sekitar lima meter kain.

Tak sampai disitu, kain dari serat pisang ini dipadukan lagi dengan bahan sutra atau katun untuk mempercantik kreasi. Yang paling halus jelas menggunakan padanan sutra. "Sutra itu sifatnya kan memang halus. Kalau katun cenderung lebih kasar. Tapi serat (pisang) nya lebih banyak lebih bagus," ujarnya.

Ketika disentuh langsung, kain dari serat pisang ini memang berbeda dari tenun lain. Jauh lebih halus, tidak begitu tebal, dan mudah diaplikasikan. Vera, salah satu model malam itu, juga mengakui kenyamanan memakai kain serat pisang. "Bahannya adem dan lemes, banyak yang nggak nyangka ini dari serat pisang," katanya.

Rosso sendiri optimis inovasi ini dapat diterima dan direspon secara positif baik oleh pemerintah, kalangan industri maupun masyarakat. Keseriusan itu ia buktikan dengan ikut terjun dalam pengembangan pohon pisang di Alor, Nusa Tenggara Timur.

"Ide ini bisa jadi booming, jadi sebuah industri. Tahun ini baru kick off," ujarnya.

Penari asal Jepang Ai Hasuda mengungkapkan kegembiraan karena bisa berkolaborasi dengan desainer sekelas Rosso. Kolaborasi tari dan pergelaran busana ini merupakan yang kedua kali dilakukan.

"Tentu saya sangat senang dan excited bisa tampil lagi dengan Rosso menggabungkan dua kekuatan budaya yang berbeda," kata Ai. "Rosso adalah desainer yang ramah, multitalenta, dan sangat kreatif," tambahnya.


(fip/fip)

Hide Ads