Pulang Karena Cinta Dunia Seni

Indonesian Contemporary Art & Design 2013 (5)

Pulang Karena Cinta Dunia Seni

- detikHot
Rabu, 04 Sep 2013 14:20 WIB
Jakarta - Lahir dari orangtua berdarah Bali kemudian menetap di London, Inggris, tak membuat Sinta Tantra lupa tanah leluhur. Demi kecintaannya terhadap seni, wanita ini rela ke Jakarta dan ikut meramaikan Indonesian Contemporary Art & Design 2013.

Dia merasa 'berhutang' jika tidak ikut memberi kontribusi yang lebih banyak bagi dunia seni kontemporer di Indonesia. Apalagi, karirnya sebagai seniman dan perupa melambung sampai benua Eropa dan Amerika.

"Saya tinggal di London, tapi tidak buat project di Indonesia rasanya seperti ada yang kurang. Saya ingin sekali eksibisi di sini," kata Sinta di Grand Kemang Hotel, Jakarta, Jum'at (30/8).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam gelaran yang berlangsung dari tanggal 30 Agustus 2013 sampai 27 September 2013 tersebut, dia menampilkan dua karya desain rupa bertajuk 'Narrative and the Divided Self' dan 'Forever Apart'.

Untuk desain 'Narrative and the Divided Self', Sinta terinspirasi dari Paviliun Kertha Gosa di Klungkung, Bali. Di tempat itu terdapat langit-langit yang dilukis dengan tema cerita Mahabarata dan perjalanan Bhima ke dunia akherat.

"Ya, Bali selalu menjadi bagian inspirasi karena orangtua asalnya dari sana. Inspirasi warna dari Hindu, bangunan pura disana, ya banyak lagi," ujarnya.

Lebih jauh, wanita kelahiran New York, 11 November 1979 ini mengambil pendekatan seni rupa trimatra pada warna. Dalam seni rupa trimatra, setiap bagian seperti 'terpotong' bukan 'terisi', 'dilapiskan bukan dicampur', dan 'dibangun bukan 'muncul'.

Efek yang ditimbulkan dari pakem ini yaitu batasan-batasan geometris terbentuk dengan pasti serta ilusi ketinggian akan dengan mudah tercipta ketika seseorang berjalan di sekitar karya tersebut.

"Saya suka bermain dengan bentuk gedung dan warna menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari karya saya," kata Sinta.

Di Inggris, jebolan University College of London Royal Academy Art itu membangun karir melalui mural dan instalasi bangunan serta ruang publik. Di antaranya Canterbury Christ Church University, Create KX London, Canary Wharf Group and Liverpool Biennial.

Sementara di Indonesia, Sinta belum banyak membuat instalasi karya seni rupa. Namun, dia merespon positif perkembangan seni yang ada disini, termasuk dunia seni kontemporer. Suatu saat wanita yang tidak mahir berbahasa Indonesia ini ingin membuat sebuah karya membanggakan tanah air.

"Kalau di Eropa orang suka sekali (dengan karya saya). Kalau disini saya belum tahu respon orang. Mudah-mudahan ikut suka. Disini perkembangannya sangat baik, jauh lebih romantis dan kalem. Ya, saya ingin bisa terus berkarya juga disini," ujarnya.

(fip/fip)

Hide Ads