Belajar Jadi Seniman Keramik, Pakai Teknik Pijit

Inspirasi Para Seniman Keramik (2)

Belajar Jadi Seniman Keramik, Pakai Teknik Pijit

- detikHot
Senin, 02 Sep 2013 09:47 WIB
Karya Ahadiyat berjudul 'Kepompong'
Jakarta - Belajar itu tak boleh ada matinya bagi seniman Ahadiat Joedawinata. Di usianya yang ke 70, ia masih bersemangat menampilkan karya-karya terbarunya dalam pameran tunggal bertajuk 'Memberi Makna Pada yang Fana' di Museum Nasional beberapa waktu lalu.

Pria kelahiran Cirebon ini mengaku kehidupannya laiknya aliran sungai. "Status saya ini tidak jelas, apakah seniman atau desainer. Tapi itu yang saya alami," katanya kepada detikHOT di Museum Nasional, Kamis (23/8/2013).

Dalam perenungan di setiap karyanya, Ahadiat selalu menggabungkan tiga hal. Di antaranya, ruang, objek, dan teknik pendukung terbangunnya suatu objek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bergerak dalam ruang makro, dalam konteks ruang pada objek keramik. Saya tidak yakin proses kreatif saya akan berubah dengan pengalaman dan keyakinan baru," katanya.

Perjalanan hidup Ahadiat, dianggapnya sama seperti karya keramik yang berjudul 'Perahu Kehidupan'. Bentuknya seperti aliran sungai tapi juga bisa disebut sebagai cacing.

***



Ia mempersepsikannya seperti ada beberapa periode. Jika dinarasikan, masa tersebut terbagi ke dalam empat hal yakni apa yang muncul terus, apa yang baru, apa yang menghilang dan apa yang berubah.

Perjalanan waktu dan gagasan baru dianggapnya seperti proses ini. "Saya pun baru belajar keramik setelah tahun 2000an dan tetap menggunakan teknik pinching atau pijit," ujar perancang interior Museum Bank Indonesia ini.

Teknik pijit digunakan sebagai proses pembelajaran menjadi seniman keramik pemula. Namun bagi Ahadiat, ada hubungan emosional antara pijitan dan objek yang akan dihasilkan. "Ini medium yang paling dekat dengan saya, akhirnya saya konsentrasi di hal itu."

Melalui pijitannya, ia selalu mencoba membuat karya hingga batas tertipis. Jika jemarinya masih bisa membuat setipis mungkin, Ahadiat akan menurutinya.

Proses pelajaran seni Ahadiat tak hanya didapatkannya di Seni Rupa Institut Teknik Bandung (ITB) saja, tapi sejak di bangku sekolah tingkat menengah atas. Sejak tahun 1960 hingga 1963, ia sudah aktif di Sanggar Seniman Bandung.

Di bekas rumah pelukis dekoratif, Kartono Yudhokusumo, ia berkarya di bawah bimbingan perupa But Mochtar, Srihadi Soedarsono, dan AD Pirous. Bersama istrinya Rini Chairin Hayati yang juga merupakan alumnus Seni Rupa ITB, mereka melakukan riset yang berhubungan dengan kerajinan gerabah atau earthenware, kayu dan bambu.

Namanya pun kian melambung usai mengikuti pameran CP Open Biennale di Galeri Nasional (2003). Serta ke pameran di Gwangju Design Museum Collection, Korea (2005), dan Ceramic Product for Good Design Competition di London (2007).



(utw/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads