Nirwan Dewanto: "Raden Saleh, Si Malin Kundang Jawa yang Pertama"

Perjalanan Seni Raden Saleh (1)

Nirwan Dewanto: "Raden Saleh, Si Malin Kundang Jawa yang Pertama"

- detikHot
Jumat, 30 Agu 2013 09:55 WIB
Salah satu karya Raden Saleh yang fenomenal
Jakarta - Di antara banyak seniman Indonesia, nama Raden Saleh boleh dikata paling banyak jadi perdebatan. Siapa Raden Saleh sebenarnya, bagaimana pribadinya, bagaimana perjalanan karya seninya sehingga bisa diakui kehebatannya oleh dunia.

Banyak hal menarik yang bisa dikulik dari seniman satu ini. Berikut ini adalah rangkaian laporan detikHOT tentang seniman asal Jawa yang kondang di daerah Cikini, Jakarta Pusat karena istana buatannya yang tak banyak diketahui orang itu.

***

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kapan sebenarnya sejarah seni rupa Indonesia dimulai? Ini memang pertanyaan yang tak mudah. Tapi setidaknya kita bisa mulai menelusurnya dari pelukis Raden Saleh.

Raden Saleh bisa disebut sebagai pelopor seni rupa di Indonesia. Bahkan Nirwan Dewanto, seorang kurator dan budayawan, menyebut Raden Saleh layaknya seorang Malin Kundang Jawa dalam perkembangan seni rupa Indonesia.

Menurut Nirwan, Raden Saleh layak dapat julukan ini karena, "Pertama, dia memeluk kebudayaan ilmiah. Kedua, dia menjalankan kiprah yang belum pernah dijalani oleh orang Hindia Belanda manapun, yakni profesi melukis," ujar Nirwan Dewanto dalam ceramahnya tentang 'Raden Saleh dan/atau Permulaan Seni Rupa Indonesia', yang bertempat di Komunitas Salihara, Jakarta, Selasa (27/8/2013).

Berdasarkan kajian Nirwan, dua hal itulah yang menjadi jembatan dari kedekatan hubungannya dengan Eropa, gagasan kemajuan dan fantasi diri yang modern.Namun sebaliknya dua hal itu justru juga memberi jarak akan kampung halamannya sendiri. "Bukan hanya kampung halaman yang bersifat ragawi, tapi juga intelektual."

Apa yang dipaparkan oleh Nirwan, menegaskan bahwa Raden Saleh pada zamannya, bukanlah seorang anggota masyarakat tradisi. Ia tidak melukis layaknya pelukis yang berasal dari Jawa.

"Ia tidak melukis pewayangan atau makhluk-makhluk halus," kata Nirwan. "Ia melukis fotografis, sejalan dengan kebudayaan ilmiahnya. Ia mempersatukan diri dengan romatisisme, yang merupakan sisi lain dari zaman ilmu dan teknik."

***

Nirwan, Alumni Institut Teknologi Bandung ini menekankan, bahwa pada masa hidup Raden Saleh, tidak ada satu orang pun yang tinggal selama itu di Eropa. Yakni sekitar 25 tahun, dan bergaul dengan kalangan elit disana.

"Raden Saleh adalah orang dunia," ujarnya. Namun dengan itu juga, Raden Saleh juga merupakan manusia perbatasan. "Tampaknya Raden Saleh adalah kelinci percobaan pertama dari proyek modernisasi. Yakni, proyek memperadabkan manusia pribumi."

Menurutnya, pengadopsian Raden Saleh sebagai anak budaya kerajaan Belanda merupakan proyek membayar hutang budi, jauh sebelum adanya politik etis. Ini juga merupakan alternatif dalam hubungan Belanda dan Jawa, dalam konteks Perang Diponegoro, yang telah menyengsarakan kedua belah pihak.

"Ketika Raden Saleh ke Belanda, perang ini sedang menuju akhir dan Belanda menuju kemenangan. Dua tahun pertama saat Raden Saleh di Belanda, ia tinggal dalam tanggungan kerajaan," jelas Nirwan.

Pria berusia 51 tahun ini juga menjelaskan bahwa menurut karya tulis Harsja Bachtiar tahun 1976, Raden Saleh terus mengintesifkan hubungannya dengan bangsawan dan golongan borjuis utama di Eropa.

Saat itu ia diperkenalkan sebagai Pangeran Jawa dan tidak berusaha membantahnya. Raden Saleh juga merancang pakaiannya sendiri, sebagian Jawa dan sebagian lagi merupakan karangannya. "Supaya ia tampak sebagai makhluk timur dari kalangan atas," kata Nirwan.

***

Saat kepulangannya kembali ke Hindia Belanda, Raden Saleh diberi gelar Pelukis Sang Raja oleh Raja Willem III. Nirwan kembali mengutip pendapat sejarahwan Onghokham yang pernah mempertanyakan pemberikan gelar ini pada tahun 1994.

Karena cukup ganjil mengangkat Raden Saleh sebagai seorang pelukis kerajaan, sementara Belanda memiliki pelukis-pelukis besar di Abad 17 seperti Rembrandt.

"Tampaknya keganjilan dimata Ongokham itu punya dua arti. Pertama adalah Belanda telah kehilangan zaman emas seni lukisnya, dan terpaksa mengadopsi seorang seniman dari negeri jajahan. Kedua proyek membayar hutang budi yang dikerjakan Belanda berhasil, karena Raden Saleh diakui oleh kalangan elite Eropa," kata Nirwan.

Namun, dalam runutan sejarah bersama cabang-cabang analisanya, bagi Nirwan, Raden Saleh-lah pelukis Jawa yang pertama menorehkan pendidikan melukis di Indonesia. "Jadi tidak mudah memisahkan masa pra Indonesia dan Indonesia karena adanya tokoh semacam Raden Saleh ini," kata Nirwan.

(utw/utw)

Hide Ads