Pengamat pewayangan dari Pusat Data Wayang Indonesia Sumari Adi Wiguno mengatakan ada perbedaan yang cukup kentara antara perlakuan pemerintah jaman orde baru dengan era reformasi, terutama dalam mengembangkan seni wayang.
"Political will-nya beda. Kalau dulu kan pemimpinnya memang sangat suka wayang, jadi setiap ada acara-acara tertentu dan acara di kementerian pasti nanggep wayang. Jadi pada saat itu gema wayang lebih terdengar," kata Sumari kepada detikHOT di Gedung Pewayangan Kautaman Taman Mini Indonesia Indah, Senin (26/8/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah, lanjutnya, sudah mulai serius menggarap lembaga pendidikan formal di bidang kesenian dan kebudayaan di berbagai daerah di Indonesia. "Kalau enggak salah mulai tahun ini pemerintah berencana membuat ISBI (Institut Seni dan Budaya Indonesia) di berbagai daerah kayak di Bali dan Jogja," ujar Sumari.
Tentu tidak sebatas itu saja. Pria yang juga lulusan sekolah pedalangan ini mengkritisi program lanjutan yang dilakukan pemerintah setelah membangun banyak sekolah seni tersebut. "Setelah belajar wayang dan dalang, lalu mereka mau kemana? Pemerintah harus bisa memfasilitasi ini," katanya.
Disamping itu, kebijakan politik juga berperan penting, seperti bagaimana pemerintah menempatkan wayang di tempat yang seharusnya. Bentuk konkretnya bisa bermacam-macam. Dari hal terkecil seperti meletakkan wayang di setiap pintu masuk gedung perkantoran, mengadakan seni pertunjukan wayang pada momen-momen besar, hingga mengirim delegasi seni budaya ke pentas internasional.
Satu lagi yang sering luput dari perhatian, yakni lembaga-lembaga non formal di bidang kebudayaan semacam sanggar tari dan sanggar kesenian. "Di bidang itu belum banyak tergarap. Bagaimana sanggar-sanggar yang memiliki dalang muda punya potensi sangat besar dan perlu difasilitasi," ujar Sumari.
Hal senada diungkapkan seniman sekaligus pengelola sanggar Swargaloka Irwan Riyadi. Ada ribuan sanggar di seluruh Indonesia yang memiliki bibit-bibit potensial, yang sayang sekali jika tidak mendapat perhatian.
"Kalau turun ke daerah-daerah pasti menemukan seniman-seniman muda yang berbakat dan bagus-bagus. Dukungan pemerintah ini mesti lebih ditingkatkan ke arah sana," katanya.
Sutradara drama wayang ini bahkan punya mimpi besar menjadikan wayang sebagai identitas asli anak muda Indonesia. Mungkin menandingi tokoh-tokoh superhero dari barat. "Cita-cita saya itu bikin wayang 'gue banget'. Saya ingin sekali bisa mewujudkan itu," ujar Irwan.
Seratus persen dia mengaku optimis meski pemerintah sering dianggap tidak menaruh dukungan besar terhadap jenis kesenian ini. "Oh, ya harus tetap optimis dong!"katanya.
(utw/utw)