Saat itu Ekotjipto, Ketua Umum PEPADI merasa miris melihat bagaimana Kazakhstan yang cuma punya 18 juta jiwa penduduk mampu menyelenggarakan festival bertaraf internasional itu. Termasuk Indonesia saat itu ada 23 negara yang hadir.
"Ternyata perhelatan itu jadi pengejewantahan visi dari pemimpin negara Kazakhstan yang menganggap budaya itu sangat penting bagi pembangunan peradaban bangsa," kata Ekotjipto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal tanpa banyak publikasi ternyata wayang sudah beberapa kali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Salah satunya saat ajang di Kazakhstan tahun lalu itu dimana dalang Ki Cahyo Kuntadi berhasil meraih penghargaan Best Actor dengan lakon 'Abimanyu Gugur' dan memenangkan hadiah berupa uang tunai $1000 atau sekitar Rp 10,9 juta.
***
PEPADI lalu berpikir bagaimana juga bisa menyelenggarakan festival berkelas semacam WPC itu. Mereka lalu banyak berdiskusi dengan Direktur Artistik World Puppet Carnival, Rod Petrovic, juga pendiri Yayasan Arsari Djoyohadikusumo (YAD) yang membantu pembiayaan acara.
Ekotjipto yakin wayang punya potensi sangat besar bagi perkembangan kebudayaan, pengembangan ekonomi kreatif dan pariwisata. Sayangnya potensi tersebut masih belum maksimal digali. Pasalnya belum ada kesadaran masyarakat untuk menghargai wayang sebagai budaya yang wajib dilestarikan.
Padahal Rod Petrovic yang sangat mengagumi kebudayaan Indonesia juga mengakui Indonesialah yang layak jadi rumah wayang sedunia. "Indonesia itu unik dan sangat menginspirasi. Tentu jika acara ini diselenggarakan disini menjadi daya tarik tersendiri karena inilah tempat wayang yang sesungguhnya."
(utw/utw)