'Pulang' Karya Leila S Chudori, Novel yang Visual dan Menyenangkan

'Pulang' Karya Leila S Chudori, Novel yang Visual dan Menyenangkan

- detikHot
Rabu, 30 Jan 2013 16:13 WIB
Jakarta - Sejak diterbitkan pada Desember 2012, novel 'Pulang' karya Leila S Chudori mendapat perhatian besar dari masyarakat. Mungkin sejak 'Saman' karya Ayu Utami yang terbit pertama kali pada 1998, baru kali ini ada lagi novel yang mendapat sambutan sedemikian gegap-gempita dari publik pembaca sastra di Indonesia.

Perhatikan pula fakta ini: dalam waktu sebulan, 'Pulang' sudah cetak ulang. Setelah berbagai media memuat resensi atas novel tersebut, perbincangan pun belum berhenti. Sebuah diskusi digelar di serambi Teater Salihara, Jakarta, Selasa (29/1/2013) malam membahas novel tersebut. Diskusi yang dimoderatori oleh Arif Zulkifli dari Majalah Tempo itu menampilkan dua pembicara dari latar belakang akademis yang berbeda. Masing-masing Bagus Takwin, dosen Psikologi UI, dan Robertus Robert, dosen Filsasat UNJ.

Perdebatan yang seru, dengan berbagai kesan, pandangan dan interpretasi atas pembacaan 'Pulang' pun bermunculan dalam diskusi selama 2 jam itu. Moderator membuka acara dengan mengatakan bahwa Leila S Chudori hadir di antara para peserta diskusi. "Tapi, dia nggak boleh ngomong, karena pengarang sudah mati," ujar Arif Zulkifli disambut tawa hadirin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dan, memang sampai akhir acara, Leila memang tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia membiarkan saja novelnya menjadi milik publik, sehingga merasa tak perlu menanggapi baik pujian maupun kritikan yang muncul. Bagus Takwin membedah 'Pulang' dengan menelusuri unsur-unsur naratifnya. Bagus hendak mencari jawaban, mengapa dirinya begitu terhanyut, terpikat dan merasa mendapatkan kesenangan ketika membaca novel itu.

"Novel ini sangat visual, dan menyenangkan saat dibaca. Menurut saya itu karena dua hal, pertama bahan dasarnya memang sangat menarik, dan kedua Leila berhasil mengolahkan menjadi narasi yang memikat," ujar Bagus. Dengan kepiawaiannya bercerita, tambah Bagus, Leila berhasil membuat 'Pulang' enak dibaca dan mudah dipahami meskipun dituturkan secara tidak linear.

Sedangkan Robertus Robert membahas 'Pulang' dari sudut pandang filsafat. Dengan nada berseloroh, Arif Zulkifli mengomentari bahwa pemaparan Robertus merupakan tafsir puitis atas prosa, dan bisa disejajarkan dengan Catatan Pinggir-nya Goenawan Mohamad. Robertus menawarkan beberapa cara pembacaan atas 'Pulang', namun dengan jujur ia mengakui telah mengesampingkan banyak aspek ketika menghadapi teks Leila itu.

"Karena keterbatasan saya dalam bidang sastra, saya lebih menyukai cara pembacaan yang menekankan kegunaan novel itu dalam rangka extensification on the self, sejauh mana sastra mampu memperluas perasaan manusia dan mereplikasi kemanusiaan ke dalam pembacanya," ujarnya.

Jika kedua pembicara lebih banyak memuji, maka suara-suara kritik justru datang dari peserta diskusi di sesi tanya-jawab. Manneke Budiman yang dikenal sebagai ahli sastra dari UI misalnya, mempersoalkan beberapa hal yang terkesan dilampaui begitu saja dalam 'Pulang', seperti kepulangan tokoh Dimas yang sebelumnya begitu sulit, tapi tiba-tiba diceritakan sudah kembali ke Indonesia begitu saja di akhir cerita.

Peserta lain mengkritik keseragaman 'watak' tokoh-tokoh dalam 'Pulang', sehingga terkesan bahwa sang pengaranglah yang hadir dominan dalam cerita. Diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), novel bersampul kuning 'ngejreng' dengan gambar tangan mengepal teracung ke atas itu bisa digambarkan dengan kalimat ringkas sebagai berikut: drama keluarga, persahabatan, cinta dan pengkhianatan berlatar belakang tiga peristiwa bersejarah: Indonesia 30 September 1965, Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998.

Dimas Suryo, tokoh utama dalam 'Pulang' adalah seorang eksil, alias warga negara Indonesia yang 'terjebak' di luar negeri, tak bisa pulang ke Tanah Air karena huru-hara politik. Sementara teman-temannya yang masih berada di Indonesa satu per satu ditangkap dan dibunuh, Dimas bertahan di negera orang dengan mendirikan restauran, dan terus berharap suatu saat bisa kembali ke Indonesia yang dicintainya.

'Pulang' merupakan novel pertama Leila S Chudori yang selama ini dikenal sebagai wartawan senior dan kritikus film di Majalah Tempo. Ia menulis fiksi sejak akhir dekade 70-an, dan menerbitkan kumpulan cerpen 'Malam Terakhir' pada 1988. Baru pada 2010 ia kembali menerbitkan kumpulan cerpen, '9 dari Nadira'. Leila juga pernah menulis naskah drama seri televisi tentang dunia kewartawanan, 'Dunia Tanpa Koma' yang dibintangi Dian Sastro.
(mmu/mmu)

Hide Ads