Banyak Permintaan, 'Matah Ati' Dipentaskan Lagi

Banyak Permintaan, 'Matah Ati' Dipentaskan Lagi

- detikHot
Jumat, 22 Jun 2012 10:20 WIB
Jakarta - Opera Jawa tentang sejarah berdirinya Kerajaan Mangkunegaran 'Matah Ati' akan kembali dipentaskan di Teater Jakarta mulai malam ini. Pementasan untuk kedua kalinya di Jakarta dalam setahun terakhir tersebut untuk memenuhi banyaknya permintaan dari masyarakat.

"Banyak permintaan dari masyarakat yang tak bisa menonton pementasan pada Mei 2011 lalu," ujar Penata Artistik Jay Subiyakto usai gladi resik di Teater Jakarta, Kamis (21/6/2012) malam.

"Permintaan itu datang lewat Twitter, Facebook, email," tambah Jay yang dibenarkan oleh produser sekaligus sutradara dan penulis naskah 'Matah Ati' Atilah Soeryadjaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atilah pun menyambut banyaknya permintaan untuk mementaskan kembali Matah Ati itu sebagai tantangan. "Sempat mikir juga, berani nggak ya show lagi dalam setahun, tapi ya udah ini tantangan, akhirnya kami memberanikan diri. Deg-degan juga karena ini re-run," tutur Atilah.

Baik Jay maupun Atilah mengakui, urusan mencari sponsor merupakan kesulitan terbesar untuk mementaskan kembali 'Matah Ati'. Setelah pada pergelaran Mei tahun lalu didukung oleh RAMBA Enegery, kali ini Jay dan Atilah menggandeng SUGIH Energy.

Pada pementasan kali ini, 'Matah Ati' masih menampilkan dua penari utama Fajar Satriadi sebagai Raden Mas Said dan Rambat Yulianingsih sebagai Rubiyah, gadis desa Matah yang kelak dipersunting oleh Raden Mas Said.

Tertuang dalam 17 adegan, 'Matah Ati' mengikuti perjalanan Rubiyah hingga diperistri oleh sang pangeran. Satu per satu adegan ditampilkan dengan ringkas, padat dan dengan efektif membuat persambungannya dengan adegan berikutnya, mengikuti pakem kesenian Jawa umumnya. Ada adegan istana, adegan pedesaan yang melukiskan kehidupan rakyat jelata, adegan peperangan, hingga bagian "goro-goro" untuk menurunkan ketegangan.

Kendati menggunakan pendekatan langendriyan, sebuah bentuk kesenian Jawa yang lahir dari "budaya elit" keraton, namun secara keseluruhan 'Matah Ati' dikemas dengan cukup populer, sehingga enak dan mudah diikuti. Pertunjukan 'Matah Ati' sendiri memang lahir dari lingkungan keraton Mangkuneragan. Atilah Soeryadjaya selaku penggagas, sekaligus sutradara dan koreografer, adalah cucu Mangkunogoro VII.

Tari bedoyo, dan bentuk-bentuk tari-tarian klasik keraton yang adiluhung lainnya menjadi dasar dari pertunjukan ini, namun dikompromikan dengan gerak-gerak dari khasanah tari modern. Di tengah parade dan arak-arakan tari yang lembut-gemulai, unsur lawak masuk lewat adegan "goro-goro", yang dengan mengejutkan menampilkan 4 tokoh nenek, dan bukannya tokoh laki-laki sebagaimana lazimnya. Pada bagian inilah, kesempatan untuk memasukkan isu-isu sosial-politik aktual lewat sindiran-sindiran.

'Matah Ati' akan dipentaskan hingga Senin (25/6/2012), dan menurut Atilah sejauh ini tiket sudah terjual 80%. Tiket dijual dengan rentang harga dari Rp 250 ribu hingga Rp 1,2 juta.


(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads