Paviliun Indonesia kembali hadir di ajang Venice Art Biennale 2019. Bukan mengusung satu seniman tunggal di paviliun namun menampilkan karya kolaboratif hasil garapan satu tim artistik yang terpilih di proses seleksi.
Tim artistik yang terpilih adalah Asmudjo Jono Irianto (kurator), Yacobus Ari Respati (co-curator), Handiwirman Saputra dan Syagini Ratna Wulan (seniman). Mereka mengusung proposal yang berjudul 'Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba'.
"Proposal yang terpilih membicarakan refleksi antara seni rupa kontemporer dengan masyarakat. Yang isunya cukup seru dan mempunyai kekuatan sendiri-sendiri," tutur salah seorang tim dewan juri Nirwan Dewanto saat jumpa pers di grandkemang Hotel, kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (27/9/2018).
Di proyek kali ini, ada tiga bagian karya yang mengkritik seni kontemporer global. Asmudjo menjelaskan di proyek kolaboratif tak akan ada ciri khas dari dua seniman.
"Kami mengusulkan kolaboratif dan dibuat 3 komponen, yang sifatnya interaktif dengan audiens," kata Asmudjo.
Pertama, nantinya akan ada sebanyak 400 loker di ruangan seluas 340 meter persegi. Karya yang bersifat site spesific bakal berisi aneka konten, mulai dari budaya Indonesia sampai karya seniman.
Di karya kedua, nantinya bakal ada mini bianglala miring berdiameter 6 meter. "Kita menganggap praktik seni rupa adalah permainan dan politik antar negara, di situ terus menerus berputar. Wahana yang bisa dinaiki penonton," kata Asmudjo.
Karya ke-3 lebih subversif dengan menghadirkan bentuk ruang merokok dan non-merokok. Serta satu agenda lokal yang direncanakan berlangsung di kota Cirebon serta dibantu oleh kelompok Jatiwangi Art Factory.
Tim artistik yang terpilih adalah Asmudjo Jono Irianto (kurator), Yacobus Ari Respati (co-curator), Handiwirman Saputra dan Syagini Ratna Wulan (seniman). Mereka mengusung proposal yang berjudul 'Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba'.
"Proposal yang terpilih membicarakan refleksi antara seni rupa kontemporer dengan masyarakat. Yang isunya cukup seru dan mempunyai kekuatan sendiri-sendiri," tutur salah seorang tim dewan juri Nirwan Dewanto saat jumpa pers di grandkemang Hotel, kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (27/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengusulkan kolaboratif dan dibuat 3 komponen, yang sifatnya interaktif dengan audiens," kata Asmudjo.
Pertama, nantinya akan ada sebanyak 400 loker di ruangan seluas 340 meter persegi. Karya yang bersifat site spesific bakal berisi aneka konten, mulai dari budaya Indonesia sampai karya seniman.
Di karya kedua, nantinya bakal ada mini bianglala miring berdiameter 6 meter. "Kita menganggap praktik seni rupa adalah permainan dan politik antar negara, di situ terus menerus berputar. Wahana yang bisa dinaiki penonton," kata Asmudjo.
Karya ke-3 lebih subversif dengan menghadirkan bentuk ruang merokok dan non-merokok. Serta satu agenda lokal yang direncanakan berlangsung di kota Cirebon serta dibantu oleh kelompok Jatiwangi Art Factory.