Industri musik di era 90-an punya corak yang unik. Termasuk di Indonesia, muncul banyak scene yang beragam. Mulai dari hip-hop, britrock, britpop, punk rock, shoegaze, grunge dan masih banyak lagi. Dengan distorsi gitar, musik-musik itu menyuarakan lirik yang kritis dan memprotes kondisi sosial, seolah bisa menjadi panduan kehidupan.
Sementara musik pop, yang dianggap mengisi jalur arus utama scene musik seringkali dianggap sebelah mata pada saat itu. Di masa sekarang sifat antargenre musik sudah lebih cair. Fadly Jackson yang telah menjadi impersonator atau peniru Michael Jackson sejak 1990, menceritakan bagaimana sulitnya ia menghadapi gap antarscene musik terutama dengan mengikuti gaya MJ.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dulu sampai bela-belain enggak nongkrong di mall seperti teman-teman lainnya, enggak nonton bioskop, enggak ikutin tren mode pada saat itu. Karena uang saya itu habisnya buat membeli koleksi tentang MJ," kenangnya.
Zaman sekarang juga tentu saja dipermudah dengan internet. "Kalau dulu kan dapatin gambar MJ aja enggak segampang sekarang. Dulu mau dapat gambar dari majalah, mau enggak mau nongkrongnya di tukang majalah bekas di Kebayoran Lama, Senen dan Jalan Surabaya," ujarnya.
Ia pun mengenang masa saat masih sekolah, dimana ia sudah memakai celana cingkrang seperti MJ. "Mau diketawain teman, bodo amat." Kerasnya era-era ini, juga ditandai dengan battle antar scene musik atau battle antar para impersonator.
(ass/mmu)