Yang dimaksud pelantun 'We Are One' itu bukan soal membeli musik bajakan, karena sekuat apapun seorang musisi melindungi musiknya, kebocoran di internet tetap tidak terbendung.
Ia justru lebih berharap agar profesi musisi dianggap lebih 'penting', terutama untuk aliran musik JFlow yang bukan musik mainstream. Caranya, dengan memberikan kebebasan berekspresi bagi para musisi agar bisa tampil maksimal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang pernah bilang ke gue, 'kalau nggak mau, masih banyak penyanyi lain'. Nah, di situ gue menganggap kurang dihargai, mungkin musik gue yang kurang dihargai. Padahal gue mau menampilkan musik gue secara maksimal," paparnya.
Untuk JFlow yang terbiasa bekerja dengan bujet terbatas, pembajakan tidak terlalu berpengaruh bagi dirinya. Ia justru menggratiskan beberapa lagunya di internet sebagai upaya untuk perkenalan 'produk'.
"Nah, ketika mereka mulai menyukai lagu gue, pasti mereka akan tertarik membeli album fisik," tuturnya.
Ternyata, strateginya itu cukup efektif. Pada September 2011 lalu, JFlow mengumumkan pre-order album keduanya #dreambrave, dan langsung disambut 600 pesanan dalam waktu kurang dari satu bulan.
Ketika ia merilis albumnya itu dua bulan setelahnya, 1.000 kopi album yang ia cetak, langsung ludes. Menurut JFlow, penjualan album keduanya itu justru lebih bagus daripada album pertamanya yang ia pasarkan di toko musik.
"Dari gratisin lagu di internet itu juga makin banyak yang tahu lagu gue, tawaran manggung off air juga," ucap rapper yang memiliki 33.493 followers di Twitter itu.
Yang terbaru, JFlow juga terlibat dalam penggarapan lagu boyband 'SM*SH', dan remake lagu Bebi Romeo berjudul 'Cinta Cuma Satu' untuk girlband 7 Icons. Dia juga telah mendapatkan pesanan lagu dari dua boy band baru.
"Dengan berbagi, jadi banyak berkah lain buat gue," tandasnya.
(ich/ich)