Ada alasan tertentu mengapa bekas Sekolah Dasar Rissei dipilih menjadi salah satu lokasi pameran seni untuk Kyoto Film and Art Festival 2015. Sekolah dasar adalah tempat terbentuknya imajinasi dan harapan, seperti karya seni yang dipamerkan oleh Koshi Kawachi hingga Theo Jansen.
Pemandangan unik terpampang di salah satu ruangan kelas, tempat sebuah tumpukan makanan kecil berbungkus emas yang bernama Umai-bo diletakkan tepat di tengah ruangan. Di kedua sisinya nampak dua buah papan tulis bertuliskan nama-nama orang, baik dalam tulisan Jepang maupun latin.
"Ambil saja bungkusannya. Boleh dua atau tiga," ujar seorang staff, dalam bahasa Jepang, yang ditugaskan untuk menjaga tempat tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata, ada sebuah kisah di balik ritual yang dijalankan oleh para awak media di depan gundukan bungkusan emas tersebut. Koshi Kawachi membuat sebuah instalasi yang diberi nama 'Untitled (portrait of 1/25000)' sebagai sebuah pengharapan bagi 25 ribu anak-anak Jepang yang hingga kini masih mengalami fobia terhadap sekolah dasar.
Dengan mengambil satu buah bungkusan, Koshi berharap satu orang anak di Jepang bisa terbebaskan dari fobianya. Mengingat, fobia sekolah sudah menjadi salah satu masalah serius di Jepang sejak tahun 1980-an.
Setelah bekas Sekolah Dasar Rissei, awak media pun kembali diminta untuk berjalan kaki ke lokasi selanjutnya yang ditempuh kurang dari 15 menit. Sepanjang perjalanan, kami dihibur dengan suara-suara musik, rata-rata musik jazz, yang diputar di hampir seluruh pertokoan.
Setibanya di halaman Kyoto City Hall, nampak kerumuman orang sudah berkumpul di depan panggung untuk menonton dua stand-up comedian di bawah naungan Yoshimoto Entertainment yang beraksi menghibur para pengunjung. Tak jauh dari sisi panggung, terdapat pula sebuah pemandangan unik berupa strandbeest atau binatang laut yang terbuat dari bambu.
Instalasi unik tersebut adalah karya milik Theo Jansen, seorang seniman asli Belanda yang terkenal dengan imajinasinya dalam pembuatan seni kinetis. Dengan kekuatan angin, karya yang diberi nama 'Animaris Siamesis' tersebut bisa bergoyang-goyang dan menimbulkan suara seperti desiran angin pantai akibat plastik-plastik di bagian atas instalasi yang saling bergesekan.
Keberadaan karya Theo tersebut berhasil menjadi daya tarik warga Kyoto dan wisatawan yang dibuat penasaran dengan karya hasil imajinasinya. Apalagi, instalasi tersebut dipamerkan di tengah hiruk pikuk padatnya jalanan Kyoto.
Setelah puas menyaksikan 'Animaris Siamesis', awak media pun diajak untuk menyeberang ke Osaka, untuk mengintip kantor Yoshimoto Entertainment. Setelah menempuh perjalanan satu jam dengan kereta, kami pun tiba di sebuah kawasan bernama Namba, yang dipenuhi dengan beragam tempat hiburan.
Sesampainya di lokasi, kami diajak untuk melihat teater kebanggaan Yoshimoto, yang sanggup menampung sekitar 500 penonton setiap harinya. Beragam pertunjukkan para komedian Yoshimoto pun digelar hampir setiap hari di tempat tersebut.
Bergeser sedikit, terdapat pula teater milik salah satu grup idola terpopuler di Jepang, NMB48, yang juga bekerjasama dengan Yoshimoto. Tak hanya teater, sebuah kafe yang khusus dibentuk untuk AKB48 dan sister grup-nya pun nampak ramai dikunjungi oleh fans.
Setelah puas berkeliling Kyoto hingga Osaka, perjalanan hari kedua, Jumat (16/10), di Kyoto Film and Art Festival pun berakhir. Esok hari, masih banyak pertunjukkan film dan seni lainnya yang tak boleh sampai terlewatkan. Simak terus detikHOT, ya!
(dal/wes)