Mendapat kesempatan bisa memutar filmnya di berbagai belahan dunia menjadi penghargaan sekaligus kepuasan batin bagi Anggi. Filmnya tayang perdana di Festival Film Internasional Locarno ke-65 di Swiss pada pertengahan 2012 lalu.
Setelah itu, vakansi yang janggal antara Ning dan Mur berlanjut di 8 festival lagi. Salah satunya adalah di Vancouver International Film Festival dalam sesi Dragon and Tigers Competition.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bikin film ini di tengah keterbatasan," kata Anggi yang hanya menggunakan 8 kru utama dalam filmnya.
Anggi sebelumnya dikenal sebagai pembuat film pendek dan film dokumenter. Salah satu karya dokumenternya masuk dalam kompilasi 'Working Girls' produksi Kalyana Shira Foundation, berjudul 'Asal Tak Ada Angin'. Dalam film tersebut Anggi berkisah tentang kepemimpinan seorang perempuan tua dalam sebuah rombongan ketoprak tobong di Prambanan, Yogyakarta.
Dalam 'Vakansi yang Janggal', Anggi kembali menggunakan latar Yogyakarta sebagai panggung, untuk memotret kehidupan masyarakat kelas bawah. Sama seperti yang tampak pada 'Asal Tak Ada Angin', kelas sosial dan hasrat seksualitas menjadi motif yang menggerakkan tokoh-tokoh dalam 'Vakansi yang Janggal'.
'Vakansi yang Janggal' berkisah tentang Ning (Christy Mahanani) yang baru saja keluar dari tempat kerjanya di toko baju loak, dan pindah ke toko mebel. Sementara sang suami, Jarot (Joned Suryatmoko) kalut dengan hari-harinya sebagai pengangguran yang mencari identitas sebagai suami, Ning justru 'bersenang-senang' dengan sopir toko mebel tersebut, Mur (Muhammad Abe Bassyin).
Selain Vancouver International Film Festival, tujuh festival film internasional lainnya yang telah mengkonfirmasi penyeleksian film 'Vakansi yang Janggal' adalah Rio de Janeiro (Brasil), Busan (Korea Selatan), Mumbai (India), Hongkong Asian Film Festival (China), Stockholm (Swedia), Jogja Netpac Film Festival (Indonesia) dan Rotterdam (Belanda).
'Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya' diproduksi oleh Limaenam Films dan Tembi Rumah Budaya, didukung oleh Lync Film dan Amalina Pictures.
"Yang saya dapat itu melewati proses panjang," tutur Anggi yang juga menyabet Piala Dewantara dari Apresiasi Film Indonesia 2013.
(ich/mmu)