Kamera lalu menyorot wajah bocah lelaki yang sedih dan pasrah. Perempuan sadis tadi kemudian menyodorkan beberapa peralatan, dan si bocah diminta memilih. Untuk bekal hidup di luar sana. Alkisah, si bocah memilih palu. Kita mungkin akan mengira, itu palu hakim. Ternyata?
Setelah adegan pembuka yang rada-rada sureal itu, kita kemudian diajak memasuki kehidupan dewasa bocah tadi, bernama Ahmad (Donny Alamsyah), yang telah menjadi pegawai kantor pos. Hari-harinya sunyi dan sangat membosankan. Berangkat kerja naik KRL, naksir cewek yang duduk di bangku seberang, namun tak berani mengungkapkan. Dan, hal itu kemudian menjadi problem utama yang membangun alur film ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahmad yang awalnya adalah seorang pegawai kantor pos, dengan seorang sahabat Gifar (Dion Wiyoko) yang setia mendampingi dan mendengar keluh kesahnya, pada bagian tengah berubah menjadi tokoh yang tak terlalu nyata. Demikian juga objek cinta Ahmad, gadis cantik bernama Bening (Joanna Alexandra) dalam perkembangannya berubah menjadi Cinta, sosok simbolis, yang merupakan "proyek" cinta dari Ahmad, dan pria-pria yang kemudian muncul, dari Gubeng (Ramon Y Tungka) si pencopet, bandar narkoba Roy (Gading Martin), hingga Bagas (Lukman Sardi) sang kepala polisi.
Karena ini film dan bukan cerpen, maka pembelokan ke nuansa simbolis-filosofis itu terasa meninggalkan banyak lubang. Hiruk-pikuk tokoh-tokoh yang datang dan pergi jadi tak memberi kesan 'hidup', dimunculkan begitu saja, dijejalkan di tengah untuk melanjutkan cerita, dan Roy adalah yang paling "nggak logis" di sini. Dan, karena berbahan dasar cerpen, terasa sekali Nugros berkali-kali mengatasi kesinambungan cerita agar menjadi panjang dengan adegan-adegan yang tak menyumbang keutuhan alur secara keseluruhan.
Di luar itu, film ini cukup mudah disukai karena unsur-unsur setting-nya, seperti kantor pos, kawasan senggol-bacok Senen lengkap dengan bioskop Grand-nya yang bobrok, plus romantika urban KRL. Semua itu menjadi panggung bagi Nugros untuk bermain-main dan bereksperimen dengan cinta, dengan ramuan ala detektif yang cukup membangkitkan rasa ingin tahu kita. Dengan segala bolong-bolongnya, film ini mampu memaku penonton di tempat duduk dan mengikutinya sampai akhir, dengan sesekali menebak-nebak, dengan mood yang gembira.
(mmu/mmu)