
![]() |
"Bagaimana aku bisa memerankannya? Itu tidak mungkin," ujar Oldman kala itu.
Oldman lantas memutuskan untuk mengiyakan tawaran ini ketika ia mendengar nama sang sutradara, Joe Wright. Secara pribadi, ia juga menghubungi sendiri sosok make up artist asal Jepang, Kazuhiro Tsuji yang sebetulnya telah memutuskan pensiun.
Hasilnya, Oldman bertransformasi menjadi Churchill, perdana Menteri yang dikenal sembrono namun tangguh memimpin Inggris di bawah tekanan Jerman saat momen Perang Dunia II.
Selama 48 hari syuting, Oldman bergulat sejak pukul satu dinihari setiap hari merelakan tubuhnya menjalani proses 'berdandan' yang cukup panjang untuk menjadi Churchill.
"Aku selalu menjadi aktor yang datang paling awal dan pulang paling akhir sepanjang produksi itu berlangsung," tuturnya.
Film ini menjadi luar biasa juga karena pengorbanan lainnya. Budget 30 juta dolar AS secara harfiah habis menjadi kepulan asap.
Bagian ini yang diakui Oldman membuatnya sampai sakit memerankan Churchill, yakni membiasakan dirinya selalu mengisap cerutu. Selama produksi, ada 400 batang Romeo y Julieta yang diisap oleh Oldman.
"Saya mengalami keracunan nikotin yang serius," kata Oldman gara-gara kebutuhan adegannya mengisap cerutu itu.
Sejak kemenangannya di Golden Globe awal Januari lalu, langkah Oldman melaju menuju Oscar dinilai tanpa hambatan. Para pakar Oscar menyebut Oldman dalam prediksi nominasi Aktor Terbaik adalah hal termudah dibanding kategori lain.
Di Golden Globe filmnya sendiri memang tak memperoleh gelar Best Drama Motion Picture. Namun hal itu bukanlah patokan, sebab kisah raja yang kesulitan berbicara dalam 'The King's Speech' membuktikannya di Oscar 2011. (doc/nu2)