Diadaptasi dari Miss Granny, Ada Unsur Lokal dalam Film Sweet 20
Sabtu, 17 Jun 2017 10:37 WIB

Diadaptasi dari 'Miss Granny', Ada Unsur Lokal dalam Film 'Sweet 20'

Foto: Sweet 20 (Official Sweet 20)
'Sweet 20' dianggap sangat mirip dengan film Korea 'Miss Granny'. Memang diadaptasi dari film asal Negeri Ginseng itu, namun film ini memiliki perbedaan.
 

Film 'Sweet 20' dianggap sangat mirip dengan film Korea 'Miss Granny'. Memang diadaptasi dari film asal Negeri Ginseng itu, film yang dibintangi Tatjana Saphira ini memiliki perbedaan.

Produser Starvision Plus, Chand Parwez menjelaskan adaptasi film ini resmi bekerja sama dengan CJ Entertaiment. CJ Entertaiment merupakan yang memproduksi film 'Miss Granny'.

"Kali pertama ada sebuah film diadaptasi di Indonesia dan dikerjakan bersama perusahaan asli yang membuatnya, CJ entertainment. Film itu judulnya 'Miss Granny' dan ceritanya sangat dekat dengan kita tentang kekeluargaan," ucap Chand Parwez di CGV Blitz, Grand Indonesia, Jumat (16/6/2017).

Chand mengatakan dirinya memang langsung jatuh hati saat menonton film 'Miss Granny'. Namun, setelah melihat film yang dibintangi oleh Tatjana Saphira, Slamet Raharjo, Niniek L Karim, Morgan Oey, Kevin Julio dan Alexa Key ini, Chand yakin bisa diminati.

Selain Indonesia, 'Miss Granny' sudah diadaptasi oleh China, Vietnam, Jepang, Thailand, dan Jerman. 'Sweet 20' ditulis oleh Upi dan Ody C. Harahap ini bisa juga menarik hati penonton di Indonesia.



"Coba kita jadikan versi Korea ini lebih membumi dan berhasil Upi bersama Ody C Harahap bisa mengekspresikannya sehingga kita tidak merasa ini film adaptasi Korea. Pada waktu kami keluarkan promonya ada yang berbicara miring tapi kami adaptasi kami mencoba memasukkan unsur-unsur lokal," harap Chand.

Awalnya 'Sweet 20' akan dibuat dengan judul 'Forever 20'. Melihat para pemain muda yang manis dan berbakat, Chand merasa judul 'Sweet 20' adalah yang paling tepat.

Film ini juga cukup membuat sang sutradara, Ody C. Harahap stres. Ini kali pertama kalinya Ody membuat film adaptasi dari film yang sangat sukses. Terlebih, adaptasi di beberapa negara lainnya juga sukses.

"Saya merasa beruntung. Waktu saya ditawarin itu udah 2 negara yang mengadaptasi dan semuanya sukses. Itu yang bikin stres. Saya baru pertama kali mengadaptasi atau me-remake film dari film yang sukses. Terus ada lagi yang me-remake dan sukses semua," ungkap Ody.

"Upi nulisnya jadi lebih Indonesia dan nilai ceritanya sih soal keluarga. Universal jadi bisa masuk ke mana aja. Meng-Indonesiakannya itu cukup lama diskusinya, mau Jawa Batak atau apa. Itu bikin bingung tapi akhirnya kami ambil budaya pop Indonesia. Kami satukan tidak mau angkat satu budaya secara spesifik," jelasnya.

* * *
Related Articles
Latest Articles