Jakarta -
Ajang Oscar 1993 silam menjadi tahunnya bagi para nominator dan pemenang perempuan. Setelah 25 tahun berlalu, ada 13 pemenang Academy Award perempuan yang kembali berbicara mengenai ajang Oscar sekaligus hal-hal yang belum dicapai penyelenggara Oscar.
Suara perempuan ini bertepatan dengan kampanye #MeToo dan #TimesUp yang beredar belakangan ini. Kasus-kasus pelecehan seksual dan ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki di tempat kerja kian merajalela.
Di antara 13 pemenang tersebut, empat di antaranya menjadi senator AS. Media mencatat di masa tersebut, Oscar merayakan penghargaan dengan perempuan dan film dan membuka kabar bahagia dengan foto 67 pemenang perempuan.
Siapa sajakah perempuan yang kembali bersuara? Berikut 5 perempuan tersebut, seperti yang dilansir dari Hollywood Reporter, Sabtu (3/3):
1. Faye Dunaway
"Yang terjadi sekarang ini dengan Reese Witherspoon, Nicole Kidman, Greta Gerwig, dan Margot Robbie adalah mereka semua mengambil alih kekuasaan mereka dengan menjadi produser dan direktur. Itu selalu, bahkan di dalam pikira kita. Saya mengembangkan film sebagai prosduser saat itu tapi kemungkinannya bertentangan dengan Anda. Lupakan pergi ke salah satu studio. Anda harus berdiri dengan studio independen. Gerakan Time's Up ini sangat membantu dan benar. Industri ini bergeser. Ini adalah waktu yang menakjubkan saat ini."
2. Geena Davis
"Ketika Thema dan Louise keluar, ada pendapat yang menyuarakan apakah ini adalah langkah positif bagi budaya kita. 'Dunia hancur-sekarang perempuan memiliki senjata. Tapi liputan media disatukan dalam satu hal: Ini mengubah segalanya! Kami yakin bisa melihat lebih banyak film yang dibintangi perempuan, tentang perempuan."
3. Ellen Burstyn
"Ketika Harvey Weinstein diturunkan, saya tahu bahwa patriarki mulai runtuh, dan akhirnya terjadi di Hollywood. Dan mudah-mudahan itu akan segera terjadi di belahan dunia lainnya. Suatu hari nanti kita berharap memiliki sebanyak mungkin studio perempuan. Saya harap kita memiliki jumlah penulis dan sutradara yang sama dengan pria dan saya harap pelecehan seksual terhadap perempuan di tempat kerja telah dihilangkan."
4. Marlee Matlin
"Saya ingat ketika seorang produser menggertak saya. Saat itu adalah adegan saya harus disorot ketika berada di dalam bak mandi, pada dasarnya saya mengatakan kepada diri saya sendiri bahwa semua aktris harus bisa menjalaninya hingga saya telanjang. Dia mengatakan dialah yang berkuasa, saya merasa tidak punya pilihan lain. Saya dipermalukan dan tidak pernah lupa bagaimana saya dipermalukan."
5. Estelle Parsons
"Ketika saya memulai kampanye kesetaraa ini, jauh dari konsep feminisme. Hanya ada beberapa perempuan seperti saya melakukan hal ini sendiri. Saya mendahului hampir segalanya. Saat wanita bangkit, banyak pria mulai memberikan lip service. Saya pikir lip service sudah berakhir. Sekarang setelah masalah ini muncul begitu kuat dalam jangka panjang orang akan lebih jujur satu sama lain. Dan pria yang menolak mengakui perempuan akan dikucilkan."
(tia/tia)