Namun yang berbeda, jika di hari pertama, Sabtu (13/8) penonton memilih untuk berteduh. Hari ini, Minggu (14/8), ribuan penonton tak ingin beranjak dari depan panggung.
Ribuan orang itu berdiri tegak berteduhkan jas hujan murahan warna-warni. Jika dilihat dari ketinggian, jadilah Kawasan Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat, tempat berlangsungnya WTF 2016 bak padang gulali, ada yang bewarna merah, hijau, orange juga biru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lagu 'Beringin Tua' dan 'Hujan Badai' lantang berbunyi. Sedikit berbanding terbalik dengan pilihan kostum KPR yang santai mengenakan celana pendek dan kaus. Mereka juga kompak memakai kacamata hitam.
Meminjam istilah band kawakan Roxx, Musik rock KPR bergema memekakkan telingan. Distorsi kencang dan menghujam keluar dari gitar Rey. Pukulan brutal penuh energi dipraktekkan oleh drummer Viki. Sedangkan vokalis/bassis Coki, mencabik lancang alat yang disandangnya.
Mereka terus begitu hingga seluruh lagu-lagu dari debut albumnya 'Teriakan Bocah'. Sebut saja 'Mati Muda', 'Anjing Jalanan' dan 'Dimana Merdeka' yang sontak membuat orang-orang yang kehujanan itu semakin liar.
![]() |
Kontras dengan kondisi di KPR, panggung utama WTF Stage justru penuh romansa bersama Naif. Penontonnya ramai bertahan dengan jas hujan, menyanyikan lagu-lagu seperti 'Karena Kau Cuma Satu' dan 'Benci untuk Mencinta'
Malahan, semakin derasnya hujan, semakin kuat suara mereka. Sebagai penutup, David Cs itu memberikan suguhan merdu dalam lagu 'Air dan Api'.
(mif/tia)













































