Anak Pramoedya Ananta Toer, Astuti Ananta Toer, menyambut kedatangan kami di kediaman keluarganya yang berada di Jalan Multikarya II, kawasan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur. Foto: Haykal/detikcom
Bersama kedua orang cucu Pram, Angga Okta dan Rova Rivani, mereka menceritakan tentang perjalanan novel 'Bumi Manusia' dan 'Perburuan' yang diadaptasi ke layar lebar. Foto: Haykal/detikcom
Dimulai dari tawaran Oliver Stone, Bola Dunia, Elang Prakasa hingga 'lamaran' dari Falcon Pictures. Foto: Haykal/detikcom
Astuti Ananta Toer mengatakan novel 'Bumi Manusia' menjadi salah satu karya Pram yang paling penting di antara puluhan buku lainnya. Foto: Haykal/detikcom
'Bumi Manusia' ditulis di Pulau Buru dan setelah terbit di tahun 1980 mendapat kecaman dari berbagai pihak. Foto: Haykal/detikcom
Beda lagi dengan 'Perburuan' yang mengisahkan satu hari jelang 17 Agustus. Foto: Haykal/detikcom
'Perburuan' memiliki nilai dan pesan yang sama dengan 'Bumi Manusia'. Foto: Haykal/detikcom
Keluarga berharap film 'Bumi Manusia' dan 'Perburuan' dapat mengenalkan kembali sosok Pramoedya Ananta Toer. Foto: Haykal/detikcom
Lewat dua film yang bakal tayang 15 Agustus 2019, keluarga juga berharap akan banyak anak muda yang kembali membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Foto: Haykal/detikcom