
Setelah mengulik kisah seorang Teuku Wisnu yang namanya terkenal lewat sinetron 'Cinta Fitri', perjalanan meninggalkan gemerlap dunia hiburan hingga perubahan penampilan, tak lengkap rasanya jika tak mengajak pria kelahiran 31 tahun lalu untuk berkunjung ke sebuah museum. Museum Bayt Al Quran yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, menjadi pilihan tim detikHOT untuk mengajaknya berwisata Islami.
Masih dalam suasana bulan Ramadan yang penuh berkah bagi umat muslim, ayah dari Teuku Adam Al Fatih itu tiba di pelataran museum yang diresmikan pada 20 April 1997 oleh Presiden RI kedua Soeharto. Sinar matahari pagi menyapa kami saat tiba di Museum Bayt Al Quran pada Jumat (1/7/2016).
Sedikit informasi, Museum Bayt Al Quran dibangun atas ide Dr.H.Tarmizi Taher pada 1994 yang saat itu menjabat sebagai Menteri Agama era kepimpinan Soeharto. Ide pembangunan museum bermula ketika Tarmizi sedang menemani Soeharto untuk menerima Al-Quran berukuran besar dari Pondok Pesantren AL-Asy'ariyah, Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah.
Tien Soeharto pun mendukung ide Menteri Agama dengan mewakafkan tanah seluas satu hektar di area TMII. Satu tahun kemudian, saat perayaan hari kemerdekaan RI yang ke-50, Soeharto meresmikan Mushaf Istiqlal. Mushaf Istiqlal adalah mushaf berukuran besar dengan ciri khas 27 provinsi yang terdapat di Indonesia pada saat itu. Ciri khas desain (iluminasi) masing-masing daerah dan akhirnya tercetuslah untuk mendirikan Museum Bayt Al-Quran. Kata 'Bayt' sendiri memiliki arti 'Rumah'.
"Assalammualaikum," sapa Teuku Wisnu yang mengenakan pakaian muslim.
"Wa'alaikum sallam, bagaimana kabarnya, selamat datang di Bayt Al-Quran," ujar Adimas sebagai guide kami tiba berkunjung ke museum.
![]() |
Mengawali wisata Islami-nya, Wisnu diajak berkeliling melihat berbagai macam koleksi Mushaf Al-Quran dari berbagai penjuru daerah di Tanah Air maupun luar negeri. Dimas, sapaan untuk pemandu tur, menjelaskan berdirinya Museum Bayt Al Quran.
"Jadi selamat datang Mas Wisnu di Bayt Al Quran. Museum ini diresmikan pertama kali tahun 1997, kalau dari segi sejarah pendiriannya ada event yang melatar belakangi Bayt Al-Quran. Pertama adalah penyelenggaraan Festival Istiqlal yang diselenggarakan dua kali. Pertama kali di tahun 1991 dan yang kedua tahun 1995, dimana festival banyak terkumpul benda-benda khazanah kebudayaan Islam Indonesia. Khususnya Asia Tenggara pada umumnya," ujar Dimas pada Teuku Wisnu.
"Yang kedua adalah penulisan Mushaf Istiqlal nanti kita lihat mushafnya. Dan yang ketiga adalah event dimana ditulis Mushaf yang sangat terbesar yaitu Mushaf Wonosobo ketika dihadiahi. Nah, ketika itu diberikan pada Presiden Soeharto itu yang melatar belakangi Indonesia punya sebuah tempat untuk menyimpan benda-benda khazanah. Berdirilah kemudian Bayt Al Quran," tambahnya.
"Masya Allah... Masya Allah... dari tahun 1997 berarti yah, berarti sudah hampir 19 tahun," ujar Wisnu terkagum-kagum.
Untuk pertama kalinya, pria peraih penghargaan Aktor Favorit Panasonic Award 2009 itu melihat sebuah mushaf yang dikerjakan hampir dua tahun dan diberi nama 'Mushaf Pusaka'. Di balik nama 'Mushaf Pusaka' terukir sejarah, yakni untuk penulisan huruf 'Ba' dalam lafadz 'Bismillah' ditulis oleh Proklamator, Ir Soekarno. Selanjutnya untuk huruf 'Sin' dalam surat An-Nas ditorehkan tinta hasil goresan Wakil Presiden Pertama RI, Moh. Hatta.
"Nah, Mas Wisnu saya mau menceritakan ini salah satu koleksi yang istimewa di sini, ini namanya 'Mushaf Pusaka', kenapa disebut 'Mushaf Pusaka' karena memang mushaf ini penulisannya terkait dengan tasyakur bangsa kita negara kita karena baru saja habis merdeka," jelasnya.
![]() |
"Kalau penulisannya dimulai pada tahun 1948, selesainya itu tahun 1950. Jadi 2 tahun penyelesaiannya, dan ini mushaf artinya atas inisiatif pemerintah ketika itu. Nah, itu di surat Al Fatihah yang menggoreskan huruf 'Ba' pada permulaan di lafadz bismillah itu Presiden Soekarno dan huruf 'sin' pada pada surat an-nas itu digoreskan oleh muhammad hatta," tambahnya lagi.
"Jadi bapak Presiden dan Wakil Presiden yah masya Allah," timpal Wisnu.
Di dalam Museum Bayt Al Quran banyak menyimpan lembaran-lembaran ayat suci Al Quran yang diletakkan rapih dan terlihat seperti memiliki nilai sejarah. Ditutupi kotak kaca, koleksi demi koleksi yaang terdapat dalam Museum Bayt Al Quran sangat dijaga keutuhannya. Sisi pemeliharaan memperhatikan tingkat kelembapan dan suhu ruangan. Perjalanan tim detikHOT bersama dengan Teuku Wisnu masih berlanjut. Yakni, melihat berbagai koleksi lainnya. Mulai dari karya yang dikerjakan secara manual, pemilihan kertas, mendesain iluminasi (desain pinggiran Al Quran) dengan manual bahkan untuk pewarnaan kertasnya juga dikerjakan secara manual.
Usai tur keliling, bapak satu anak itu terlihat kagum dengan keagungan museum dan berbagai macam koleksi hingga mushaf terbesar dari Wonosobo. Serta karya tangan-tangan manusia yang begitu mencintai Sang Pencipta.