Habib Ja'far: Filosofi Bob Marley dan The Shawshank Redemption

Husein Ja’far kecil sampai remaja tumbuh di lingkungan Arab di Bondowoso, Jawa Timur. Lahir dalam keluarga di mana ayahnya adalah seorang tokoh Habib di daerahnya. “Beban gue tuh ganda. Sebagai seorang Habib dan anak dari seorang Habib yang menjadi ketua Habib.” Foto: Grandyos Zafna
Filsafat sudah menjadi bagian dari diskusinya sejak kecil selepas Subuh. Menurutnya itu yang kemudian membuat dia tumbuh menjadi sosok yang toleran dalam melihat sesuatu. Baginya lagi, dari para filsuf itu dia mengokokohkan tentang rasionalisasi keberadaan Tuhan. Foto: Grandyos Zafna
“Salah satu teori tentang Tuhan di filasafat misalnya Kosmologi. Jadi, Teori Kosmologi itu begini kira-kira, handphone lo dibuat oleh mesin pembuat handphone. Mesin pembuat handphone dibuat oleh mesin pembuat, mesin pembuat handphone. Mesin pembuat mesin pembuat handphone, dibuat oleh mesin pembuat mesin pembuat mesin handphone. Terus aja begitu, harus ada ujungnya nggak? Ujungnya apa? Manusia kan. Sama dengan kita, gue dibuat oleh bokap, bokap dibuat oleh kakeknya, terus? Ujungnya harus yang lebih besar seperti contoh handphone tadi. Berarti ujungnya bukan sesuatu yang manusia, itulah Tuhan.” Foto: Grandyos Zafna
Bicara masa muda, Habib Ja’far pun mengenang lagi masa-masa remajanya yang berbeda dengan teman-teman sekolahnya. Tidak ada cinta monyet atau kegiatan ngapel ke rumah pacar. Walaupun begitu, koleksi musik dan film yang ikut mengiringinya tumbuh terbilang cukup nyentrik, musik dari Bob Marley salah satu yang cukup menggugahnya. Foto: Grandyos Zafna
Habib Ja’far tercatat dalam urutan ke-38 dari dalam lembaga resmi yang memang bertugas untuk mendokumentasikan para keturunan Nabi Muhammad SAW, bernama Rabithah Alawiyah. “Sekarang kalau aku punya anak ya aku catet juga, itu bersambung. Orang mungkin akan kaget masa iya ada catatannya. Karena memang dari awal Nabi Muhammad SAW bilang bahwa semua garis keturunan itu lewat ayah, kecuali garis keturunanku lewat Ibu, yaitu Sayyidah Fatimah.” Foto: Grandyos Zafna
“Habib, Ustad, Syekh, Kiai itu gelar yang sama, yaitu gelar orang yang berilmu agama dan mendakwahkan ilmunya kepada orang lain. Habib sendiri artinya mencintai dan dicintai, jadi landasannya memang cinta. Paling tidak, idealnya mereka yang terdepan dalam mempertontonkan akhlak Nabi yang agung. Ketika orang melihat dia, orang kemudian akan teringat dengan sosok Nabi Muhammad SAW.” Foto: Grandyos Zafna
Husein Ja’far kecil sampai remaja tumbuh di lingkungan Arab di Bondowoso, Jawa Timur. Lahir dalam keluarga di mana ayahnya adalah seorang tokoh Habib di daerahnya. “Beban gue tuh ganda. Sebagai seorang Habib dan anak dari seorang Habib yang menjadi ketua Habib.” Foto: Grandyos Zafna
Filsafat sudah menjadi bagian dari diskusinya sejak kecil selepas Subuh. Menurutnya itu yang kemudian membuat dia tumbuh menjadi sosok yang toleran dalam melihat sesuatu. Baginya lagi, dari para filsuf itu dia mengokokohkan tentang rasionalisasi keberadaan Tuhan. Foto: Grandyos Zafna
“Salah satu teori tentang Tuhan di filasafat misalnya Kosmologi. Jadi, Teori Kosmologi itu begini kira-kira, handphone lo dibuat oleh mesin pembuat handphone. Mesin pembuat handphone dibuat oleh mesin pembuat, mesin pembuat handphone. Mesin pembuat mesin pembuat handphone, dibuat oleh mesin pembuat mesin pembuat mesin handphone. Terus aja begitu, harus ada ujungnya nggak? Ujungnya apa? Manusia kan. Sama dengan kita, gue dibuat oleh bokap, bokap dibuat oleh kakeknya, terus? Ujungnya harus yang lebih besar seperti contoh handphone tadi. Berarti ujungnya bukan sesuatu yang manusia, itulah Tuhan.” Foto: Grandyos Zafna
Bicara masa muda, Habib Ja’far pun mengenang lagi masa-masa remajanya yang berbeda dengan teman-teman sekolahnya. Tidak ada cinta monyet atau kegiatan ngapel ke rumah pacar. Walaupun begitu, koleksi musik dan film yang ikut mengiringinya tumbuh terbilang cukup nyentrik, musik dari Bob Marley salah satu yang cukup menggugahnya. Foto: Grandyos Zafna
Habib Ja’far tercatat dalam urutan ke-38 dari dalam lembaga resmi yang memang bertugas untuk mendokumentasikan para keturunan Nabi Muhammad SAW, bernama Rabithah Alawiyah. “Sekarang kalau aku punya anak ya aku catet juga, itu bersambung. Orang mungkin akan kaget masa iya ada catatannya. Karena memang dari awal Nabi Muhammad SAW bilang bahwa semua garis keturunan itu lewat ayah, kecuali garis keturunanku lewat Ibu, yaitu Sayyidah Fatimah.” Foto: Grandyos Zafna
“Habib, Ustad, Syekh, Kiai itu gelar yang sama, yaitu gelar orang yang berilmu agama dan mendakwahkan ilmunya kepada orang lain. Habib sendiri artinya mencintai dan dicintai, jadi landasannya memang cinta. Paling tidak, idealnya mereka yang terdepan dalam mempertontonkan akhlak Nabi yang agung. Ketika orang melihat dia, orang kemudian akan teringat dengan sosok Nabi Muhammad SAW.” Foto: Grandyos Zafna