Farazandi 33 tahun menikmati hidup dengan memiliki multiverse bagi organisasi di mana dia berperan aktif di dalamnya. Penggunaan kata 'multiverse' dirasa tidak berlebihan mengingat semesta organisasi yang diikuti Farazandi memang sangat majemuk. Foto: Grandyos Zafna/detikcom
Farazandi Fidinansyah tercatat sebagai Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta 2019-2024 mewakili Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN). Dia juga menjabat sebagai Ketua DPW GeKrafs DKI Jakarta (Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional), di bawah binaan Sandiaga Uno, Waketum ISSI (Ikatan Sport Sepeda Indonesia) DKI Jakarta, Wasekum HIPMI Jaya dan Ketua SKPI (Syarikat Kebangkitan Pemuda Islam) DKI Jakarta. Foto: Grandyos Zafna/detikcom
Beberapa tahun sebelumnya, pada 2015, Bang Andi menyibukkan diri sebagai dosen sekaligus inisiator di Universitas Prasetiya Mulya. Gelar masternya dari Inggris, sekaligus menjadi pembuka bagi jurusan Event Management pertama yang hadir di perguruan tinggi Indonesia. Foto: Grandyos Zafna/detikcom
“Ada satu masa gue memang agak khawatir sama diri sendiri. Karena dari dulu, SMP, SMA di Kampus, di antara teman-teman tongkrongan gue beda sendiri, kalau yang lain suka hangout, gue lebih suka organisasi, kegiatan. Kesannya kok gue sok aktif, sok eksis. Tapi kemudian gue menyadari bahwa gue suka, gue menikmati.” Foto: Grandyos Zafna/detikcom
Bang Andi—sapaan akrabnya—adalah anak dari seorang tokoh besar, profesor, ulama, Prof. K.H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A., Ph.D atau biasa dikenal dengan nama Din Syamsuddin. Dia bercerita, bahwa dirinya sempat berselisih paham dengan sang ayah hingga membuatnya kabur dari rumah. Foto: Grandyos Zafna/detikcom
“Jiwa keras, pemberontaknya bokap itu kayaknya turun ke gue. Gue sempat dalam beberapa tahun, di masa remaja SMA, gue nggak dekat sama bokap karena kabur dari rumah, tidak tahan dengan sistem yang ada di rumah, yang saat itu rasanya cukup konservatif buat gue yang nggak bisa dikekang. Bisa dibilang clash besar waktu itu. Dan itu nggak gue tutupin juga kok sekarang." Foto: Grandyos Zafna/detikcom
Penyuka olahraga bola dan sepeda itu memilih politik sebagai kanvas utamanya dalam berkarya. Cita-cita yang sudah dirawatnya sejak kecil. Tidak ada paksaan dari sang ayah bahwa anak sulungnya harus mengikuti jejak sebagai ulama atau tokoh keagamaan. Foto: Grandyos Zafna/detikcom